Rabu, 04 Juli 2018

konsep kekhalifahan sebagai manifestasi iman dalam aspek keilmuan, hukum, ibadah, kekuasaan, akhlaq dan pendidikan


KONSEP KEKHALIFAHAN SEBAGAI MANIFESTASI IMAN DALAM ASPEK KEILMUAN, HUKUM, IBADAH, KEKUASAAN, AKHLAQ DAN PENDIDIKAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
Ilmu Kalam
Disusun Oleh :
Bryan Priyambudi
210315009
Faisal Amar
210315013
Fery Surya Saputra
210315005

Semester 1 (Ganjil)
Dosen Pengampu :
Sunartip, M.Sy.

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Kata Pengantar
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Allah menciptakan manusia salah satunya adalah untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi. Dimulai dari memimpin dirinya sendiri dan bahkan hingga memimpin umat. Status manusia yang sebagai khalifah itulah yang nantinya akan dihubungkan dengan keimanan yang dimilikinya untuk mempertanggung jawabkan segala perilakunya di akhirat nanti.
Makalah ini akan membahas tentang konsep kekhalifahan sebagai manifestasi iman di dalam beberapa aspek, diantaranya aspek keilmuan, hukum, ibadah, kekuasaan, akhlaq dan pendidikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan mampu mengambil pelajaran apa yang terdapat dalam makalah ini. Amin.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian khalifah dan iman ?
2.      Bagaimana manifestasi iman dalam aspek keilmuan ?
3.      Bagaimana manifestasi iman dalam aspek hukum ?
4.      Bagaimana manifestasi iman dalam aspek ibadah ?
5.      Bagaimana manifestasi iman dalam aspek kekuasaan ?
6.      Bagaimana manifestasi iman dalam aspek akhlaq ?
7.      Bagaimana manifestasi iman dalam aspek pendidikan ?




BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Khalifah dan Iman
Khalifah mengandung makna yang katsrah (banyak), yang diantaranya pemimpin, penguasa, dan yang menggantikan kedudukan orang banyak.

Artinya : ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al Baqarah : 30)

Dari ayat diatas, Ibnu Abbas mendefinisikan khalifah sebagai pengganti Allah dalam menegakkan hukum-hukum-Nya di antara para makhluk-Nya. At-Thabari, dengan menggunakan riwayat dari Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata “khalifah” adalah Adam dan keturunannya yang taat kepada perintah dan aturan Allah.[1]
Sedangkan iman menurut bahasa artinya adalah “percaya”, yaitu mempercayai akan ke-Esaan Allah dengan segala sifat-sifat Nya yang sempurna. Untuk memantapkan kepercayaan tersebut, perlu iman yang benar dan tauhid yang betul. Sesungguhnya iman bukanlah sekedar percaya saja, melainkan juga harus dibuktikan dengan amal perbuatan nyata. Misalnya, kepercayaan kepada Allah harus diikuti dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya dengan dasar kecintaan. Karena orang beiman itu sangat cinta kepada Allah. Iman merupakan pondasi dasar yang harus dimiliki oleh setiap muslim sejati, karena dengan iman, hidup seseorang akan teratur, terarah dan terntram. Kita semua adalah pemain sandiwara. Main sandiwara jika dipimpin dengan iman dan takwa akan aman dan terpelihara. Artinya, manakala iman dan takwa telah menjadi jiwa yang bermain dalam sandiwara, pasti dunia aman. Kareana orang yang beriman punya tanggung jawab langsung kepada Allah dan punya kewajiban moril terhadap sesama manusia dan dunia seisinya.[2] Pentingnya iman dijelaskan Allah SWT. dalam firman-Nya :  
Artinya : Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.(Q.S. Al Anfaal : 4)

Dari penjelasan diatas kami berkesimpulan bahwa khalifah adalah pengganti Allah di muka bumi sebagai pemimpin yang melaksanakan segala perintah dan hukum-hukum Allah. Sedangkan iman adalah mempercayai adanya Allah sekaligus mempercayai kebesaran dan sifat-sifat-Nya yang sempurna. Oleh kerena itu kami akan membahas tentang konsep kekhalifahan sebagi menifestasi iman dalam beberapa aspek kehidupan kita yang berkaitan dengan  keilmuan, hukum, ibadah, kekuasaan, akhlaq dan pendidikan.

B.     Manifestasi Iman Dalam Aspek Keilmuan
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima-ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris ilmu biasanya dipadankan dengan kata science yang dalam bahasa Indonesia pada umumnya diartikan “ilmu” tetapi sering diartikan dengan ilmu pengetahuan.


Bagi seorang yang beriman, mencari ilmu sangatlah penting seperti yang telah Allah SWT. firmankan :

Yang artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujaadilah : 11)

Allah akan meninggikan derajat bagi orang-orang yang beriman dan berilmu, artinya dihadapan Allah orang yang berilmu memiliki derajat yang tinggi. Tidak hanya dihadapan Allah, orang akan dihormati oleh orang lain sesuai bidang ilmu yang ia kuasai. Misalnya orang yang ahli dalam bidang teknologi semisal komputer, maka orang akan segan dan hormat kepadanya ketika tiba pembahasan soal komputer. Begitu juga pada bidang filsafat, politik, bahasa, budaya, dan semua bidang keilmuan yang lain.[3]

Tidak hanya di dalam Al Quran, pentingnya mencari ilmu bagi seorang muslim yang beriman juga terdapat dalam hadits, diantaranya :


"Barangsiapa yang menuntut ilmu yang pelajari hanya karena Allah Ta’ala sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan mata-benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat". (HR: Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menempuh jalan menuntut ilmu, akan dimudahkan Allah SWT untuknya ke surga.”  (HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Baihaqi).[4]

“Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim; sesungguhnya orang yang menuntut ilmu itu dimintakan ampunan baginya oleh semua mkahluk hingga ikan-ikan yang ada di laut.” (Riwayat Abdul Barr melalui Anas ra.)


Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Menuntut ilmu agama hukumnya fardhu ‘ain, sedangkan menuntut ilmu yang menyangkut kemaslahatan umum, hukumnya fardhu kifayah. Segala sesuatu ikut mendoakan orang yang sedang menuntut ilmu dan memintakan ampun kepada Allah untuknya sehinggasemua ikan yang ada di laut pun ikut memohonkan ampunan baginya.

Selain itu menuntut ilmu adalah merupakan kewajiban bagi setiap muslim seperti disebutkan dalam Hadits Nabi lainnya. Sesungguhnya ilmu itu adalah wajib bagi tiap-tiap muslim. Menuntut ilmu itu wajib bagi perempuan dan laki-laki, bagi orang miskin dan orang kaya, dll. Menunut ilmu itu tidak ada batasannya, ilmu harus dicari mulai dari buaian ibu sampai liang lahat.[5]

 Cukuplah jelas kiranya paparan di atas menjadi dalil keharusan belajar bagi orang yang beriman, dan tidak ada lagi secuilpun alasan untuk enggan belajar. Terlebih kalimat pertama yang diwahyukan Allah kepada nabi Muhammad SAW.  berbunyi  "IQRA” yang artinya “Bacalah”, kalimat tersebut banyak ditafsirkan perintah untuk membaca (mempelajari) apa saja, karena tidak adanya obyek bacaan yang diperintahkan untuk dibaca pada ayat tersebut.

Dari penjelasan diatas kami berpendapat bahwa perwujudan (manifestasi) dari sebuah iman dalam aspek keilmuan adalah dengan menuntut ilmu sesuai yang diperintahkan Allah, bukan ilmu yang hanya berorientasi pada dunia saja tetapi juga berorientasi pada kepentingan di akhirat nanti.

C.      Manifestasi Iman Dalam Aspek Hukum
Dalam hal ini, maksud dari manifestasi iman dalam aspek hukum adalah pengaruh keimanan seseorang terhadap kesadaran akan hukum agama. Dimana keimananlah yang menjadi pondasi dasar untuk melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah. Misalnya hukum melakukan zina, meminum khamar, mencuri, membunuh, dll. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah beberapa contoh penjelasan yang berkaitan tentang manifestasi iman dalam aspek hukum.
a)     Hukum Meminum Khamar
Allah SWT. berfirman :
  
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Penyebutan khamar diiringkan dengan berkorban untuk berhala dan mengundi nasib dengan anak panah, sedangkan mengenai al azlam (mengundi nasib dengan anak panah) ini adalah suatu kedurhakaan.

Ibnu Abbas r.a. berkata : “ketika khamar diharamkan, maka sebagian sahabat Rasulullah SAW. datang menjumpai sebagian yang lain, dan mereka berkata, “Telah diharamkan khamar dan dijadikan sebanding dengan syirik.” (HR. Thabrani)[6]

Sebagai orang yang beriman, salah satu bentuk wujud keimananannya adalah dengan tidak meminum khamar, karena khamar adalah sesuatu yang haram dan bahkan menurut hadits diatas dijadikan sebanding dengan syirik.

b)     Hukum Berzina
Zina adalah perbuatan bersenggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan). Secara umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi segala aktivitas-aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan zina. Hukum zina dalam Islam adalah    haram karena Allah sangat mencela perbuatan ini. Allah SWT. berfirman :

Artinya : “dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

Hadits tentang zina antara lain :

Seorang muslim yang bersyahadat tidak halal dibunuh, kecuali tiga jenis orang: ‘Pembunuh, orang yang sudah menikah lalu berzina, dan orang yang keluar dari Islam” (HR. Bukhari no. 6378, Muslim no. 1676)

Abu Hurairah berkata: Iman itu suci. Orang yang berzina, iman meninggalkannya. Jika ia menyesal dan bertaubat, imannya kembali (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Syu’abul Iman, di-shahihkan Al Albani dalam Takhrij Al Iman, 16)

Hukuman di Dunia bagi orang yang berzina adalah dirajam (dilempari batu) jika ia pernah menikah, atau dicambuk seratus kali jika ia belum pernah menikah lalu diasingkan selama satu tahun. Jika di Dunia ia tidak sempat mendapat hukuman tadi, maka di Akhirat ia disiksa di neraka. Bagi wanita pezina, di Neraka ia disiksa dalam keadaan tergantung pada payudaranya.[7]



Dari dua contoh penjelasan diatas, bahwa yang dimaksud dengan manifestasi iman dalam aspek hukum adalah melaksanakan segala hukum-hukum yang sudah Allah tetapkan. Orang yang melangar hukum tersebut dianggap tidak beriman atau kehilangan keimanannya hingga ia bertaubat kembali. Seorang yang beriman wajib melaksanakan hukum atau perintah Allah sebagai wujud keimanannya, namun apabila ia melanggarnya maka akan mendapat hukuman sesuai yang telah Allah tetapkan.

D.     Manifestasi Iman Dalam Aspek Ibadah
Pengertian ibadah secara terminologi Islam adalah kepatuhan kepada Tuhan yang didorong oleh rasa kekaguman dan ketakutan. Jadi  tahap awal ibadah adalah kepatuhan kepada Allah yang didorong oleh rasa kekaguman dan ketakutan. Tetapi apabila ibadah itu sudah berkembang kualitasnya maka ibadahnya itu memiliki muatan-muatan aspek kekaguman, keihklasan, kepatuhan, pengharapan dan sekaligus kecintaan, kekaguman kepada Allah karena kebesaran-Nya, kenikmatan atau kekuasaan-Nya.

Ibadah merupakan manifestasi iman. Oleh sebab itu sebelum melakukan ibadah maka keimanan harus lebih dahulu tertanam  dalam jiwa manusia. Ibadah yang tidak didasari iman, maka muatan-muatan yang disebutkan diatas tidak akan terwujud, sebaliknya orang yang memiliki iman yang bagus, maka ibadahnya akan memiliki kualitas. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Q.S. Adz Dzariyaat ayat 56 :

  
Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S. Adz Dzariyaat : 56)[8] 

Jin dan manusia dijadikan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Tegasnya, Allah menjadikan kedua makhluk itu sebagai makhluk-makhluk yang mau beribadah, diberi akal dan panca indera yang mendorong mereka menyembah Allah. Untuk beribadahlah tujuan mereka diciptakan. Dengan demikian, ibadah yang dimaksud disini lebih luas jangkauannya daripada ibadah dalam bentuk ritual. Tugas kekhalifahan termasuk dalam makna ibadah dan dengan demikian hakekat badah mencakup dua hal pokok. Yang pertama dalah kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap insan, yang kedua adalah mengarah kepada Allah dengan setiap gerak anggota badan dan setiap gerak dalam hidup.[9]

Bersungguh-sungguh dalam beribadah terdapat dalam hadits :

“perbaikilah urusan dunia kalian dan beramallah untuk akhirat kalian seakan-akan kalian akan mati besok.” (Riwayat Ad-Dailami melalui Anas ra.)

Hadits ini maknanya sama dengan hadits lain yang mengatakan, “Hiduplah untuk duiawimu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya dan hiduplah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati dari kepentingan duniawimu.” Karena kepentingan dunia bersifat sementara, sedangkan kepentingan akhirat abadi. Dunia ini tidak lain hanyalah rumah percobaan, sedangkan akhirat adalah tempat yang kekal.[10]

Dari penjelasan diatas sudah sangat jelas sebagimana manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah, dalam hidup didunia haruslah lebih mementingkan akhirat karena dunia hanyalah sementara sedangkan kehidupan akhirat adalah kekal.


E.      Manifestasi Iman Dalam Aspek Kekuasaan
Setiap orang menghendaki untuk menonjol, dikenal, serta menjadi yang
nomor satu. Dari sifat itu untuk orang yang tidak memiliki kualitas keimanan yang baik, maka akan muncul ambisi untuk menjadi penguasa yang terkadang tidak memperhatikan kapasitas baik keilmuan maupun pengalaman. Akhirnya terjadilah pertarungan antara calon-calon penguasa yang seharusnya tidak layak untuk mencalonkan diri. Terjadi kemunafikan, pun fitnah-fitnah politik. Akhirnya terpilihlah penguasa yang dzhalim.

Ambisi untuk menjadi penguasa adalah hal yang tabu bagi mu'min sejati. Adapun jiwa kepemimpinan memang selalu ada, namun ambisi menjadi penguasa tidaklah terbersit dalam benaknya. Seandainya pun jika ia harus menjadi pemimpin, maka dia adalah pemimpin yang terpilih atas pilihan serta keinginan rakyatnya sendiri. Dan dengan demikian seperti pada sebuah hadits diriwayatkan bahwasanya pemimpin yang diangkat oleh rakyat maka Allah akan memberikan kemudahan baginya.[11] Allah SWT. berfirman :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Ayat diatas menerangkan bahwa ada syarat pemimpin atau imam yang harus kita taati yaitu imam yang berasal dari golongan muslim. Dan banyak lagi ayat yang menjelasakan tentang figur seorang pemimpin yang harus kita taati. Dan apabila kita memuliakan imam Allah mkaa Allah akan memuliakan kita di hari akhirat nanti.[12]

Mu'min sejati akan membawa karakteristik kemu'minannya di mana pun ia berada. Termasuk ketika ia menjadi seorang pemimpin, ia akan berlaku adil, menjadi pengayom-ayom, melayani segala aspirasi dan keinginan rakyat, serta berlaku jujur dan bijaksana. Sifat pemimpin mu'min selalu memikirkan sebab dan akibat, semisal dalam memberikan kebijakan atas sesuatu, ia memikirkan segala kemungkinan yan terjadi. Selalu mendahulukan kepentingan umum dan tidak egois. Lain halnya yang mungkin tidak memiliki karakteristik pemimpin mu'min, pemimpin yang demikian hanya mementingkan kepentingan pribadi atau satu golongan, dan bersikap masa bodoh dengan banyak golongan lain yang masih tersisa yang mungkin banyak dirugikan.

F.      Manifestasi Iman Dalam Aspek Akhlaq
Salah satu dari beberapa tugas Nabi Muhammad SAW. di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Rasulullah SAW. bersabda :

“Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlaq” (HR. Ahmad)
Beliau begitu lembut tutur katanya, santun perangainya, dan bijaksana dalam bersikap. Keluhuran akhlaq beliau dapat kita mengerti karena beliau merupakan manusia yang terjaga dan dijaga langsung oleh Allah. Bahkan ketika beliau  berbuat sedikit saja kesalahan langsung mendapat teguran dari Allah swt. Akan tetapi yang lebih penting lagi kita perlu cermati adalah keluhuran akhlak beliau ini merupakan manifestasi keimanan beliau yang begitu besar dan mendalam kepada Allah swt. Tugas di atas tentu saja tidak bersifat parsial tetapi justru holistik atau menyatu, berkait dan berkelindan. Dengan demikian kita pahami bahwa akhlak mulia itu tidak berdiri sendiri di suatu sisi lalu keimanan itu berdiri di sisi yang lainnya. Keduanya adalah satu kesatuan.
Dalam suatu hadits dinyatakan bahwa sesungguhnya Allah swt tidak memerlukan ibadah yang kita kerjakan, melainkan ibadah yang seorang muslim lakukan adalah demi kebaikan diri mereka sendiri. Allah SWT. berfirman :
Artinya : “bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Kondisi faktual iman seseorang dapat diketahui dari perilaku dan akhlaknya. Iman yang kokoh kuat akan dimanifestasikan dalam bentuk akhlak yang baik dan mulia. Sedangkan akhlak yang buruk dan hina adalah gambaran yang diberikan oleh imannya yang lemah. Sosok yang lemah imannya akan mudah tergelincir kepada perbuatan buruk yang merugikan dirinya. Akhlak sendiri adalah suatu sikap perilaku yang spontan dan tidak dibuat-buat. Oleh karena itu reaksi spontan dari kebaikan iman seseorang adalah perilaku dan akhlaknya yang baik.
Guna menjaga stabilitas tingkat keimanan, Allah swt telah memperingatkan pada kita dalam firmannya :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
Tuntutan atas iman dan takwa seseorang adalah dengan berbuat baik dan benar. Manifestasi dari ketinggian iman seseorang adalah akhlak dan perbuatan baik yang dilakukan. Rasulullah saw telah memberikan gambaran kelemahan iman seseorang yang berwujud pada hilangnya rasa malu. Rasulullah saw bersabda, “Rasa malu dan iman itu sebenarnya padu menjadi satu, maka bilamana lenyap salah satunya hilang pulalah yang lain.”
Rasulullah saw bersabda, “Kaum mukminin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan orang yang paling dekat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian.” (HR. Bukhari)
Berbagai macam bentuk ibadah sebagaimana termaktub dalam rukun Islam seperti shalat, puasa, zakat, dan haji serta ibadah-ibadah sunnah lainnya adalah program-program yang telah diajarkan oleh Islam. Semua program ibadah itu ditetapkan sebagai sarana untuk mensucikan jiwa dan memelihara kehidupannya yang mulia dalam cahaya iman takwa. Sehingga bagi jiwa-jiwa suci yang kehidupannya selalu dipandu cahaya kebenaran itu yang kesehariannya adalah mereka-mereka yang berakhlak yang mulia, berperilaku yang santun, berbudi pekerti yang baik. Sekali lagi, intisari ibadah adalah untuk mensucikan jiwa, hati, dan pikiran untuk memperluas dan memperdalam hubungan dan interaksi dengan Allah swt dan juga sesama manusia serta makhluk Allah swt lainnya.[13]
G.     Manifestasi Iman Dalam Aspek Pendidikan
Persoalan dunia pendidikan demikian kompleks. Banyak pihak yang terlibat di dalamnya mulai dari penyelenggaraan pendidikan, pemerintah, para guru, para orang tua dan lingkungan masyarakat. Namun demikian yang sangat disesalkan adalah mengapa pendidikan agama di sekolah hanya diajarkan selama dua jam pelajaran dalam satu minggu. Padahal, pelajaran agama inilah yang sangat penting. Bila pelajaran agama berhasil di sekolah-sekolah niscaya walaupun fasilitas sekolah belum sempurna, perilaku anak sekolah tidak seperti yang kita saksikan sekarang ini. Semua ini terjadi karena kita telah melecehkan iman dan takwa dalam dunia pendidikan.
















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Dari uraian di atas dapat disimpulkan:
1.      Khalifah adalah pemimpin, penguasa, dan yang menggantikan kedudukan orang banyak.
2.      Konsep kekhalifahan dalam manifestasi iman itu meliputi:
a.       Manifestasi iman dalam aspek keilmuan:
Allah akan meninggikan derajat bagi orang-orang yang beriman dan berilmu, artinya dihadapan Allah orang yang berilmu memiliki derajat yang tinggi. Tidak hanya dihadapan Allah, orang akan dihormati oleh orang lain sesuai bidang ilmu yang ia kuasai.
b.      Manifestasi iman dalam aspek hukum:
Dalam hal ini, maksud dari manifestasi iman dalam aspek hukum adalah pengaruh keimanan seseorang terhadap kesadaran akan hukum agama. Dimana keimananlah yang menjadi pondasi dasar untuk melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah.
c.       Manifestasi iman dalam aspek ibadah:
kepatuhan kepada Tuhan yang didorong oleh rasa kekaguman dan ketakutan.
d.      Manifestasi iman dalam aspek kekuasaan:
Dari sifat itu untuk orang yang tidak memiliki kualitas keimanan yang baik, maka akan muncul ambisi untuk menjadi penguasa yang terkadang tidak memperhatikan kapasitas baik keilmuan maupun pengalaman.
e.       Manifestasi iman dalam aspek akhlaq:
Salah satu dari beberapa tugas Nabi Muhammad SAW. di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia.
f.        Manifetasi iman dalam aspek pendidikan:
Persoalan dunia pendidikan demikian kompleks.



[1] Ali as-salus, Imamah dan Khilafah (Jakarta ; Gema Insani Press, 1987) hlm. 15
[2]Achmad Cahyadi, Manifestasi Iman dalam http://achmad-cahyadi.blogspot.co.id/2011/10/manifestasi-iman.html?m=1 (diakses pada 3 Desember 2015 pukul 21:10 WIB.)
[3] Rizky Aftah, Ilmu Kalam dalam http://rizqiafta.blogspot.com/2013/05/ilmu-kalam.html?=1 (diakses pada 2 Desember 2015 pukul 19:16 WIB.)
[4] Bukhari Umar, Hadits Tarbawi (Jakarta ; Amzah, 2014) hlm. 5
[5]Buya H. Muammad Alfis Chaniago, Indeks Hadits Dan Syarah Jilid 1 (Bekasi ; CV. Alfonso Pratama, 2012) hlm. 658
[6] Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid I (Jakarta ; Gema Insani Press, 1996) hlm. 810-811
[7] Muhammad Syafiq Hanafi, Hukum Berzina Dalam Islam dalam https://muhsyafiqhan.wordpress.com/2012/12/26/hukum-berzina-dalam-islam/ diakses pada 4 Desember 2015 pukul 9:24 WIB.)
[8] Chaeriatun, Ibadah Sebagai Manifestasi Iman dalam file:///D:/IBADAH%20SEBAGAI%20MANIFESTASI%20IMAN%20_%20chaeriatun.htm ( diakses pada 4 Desember 2015 pukul 20:WIB.)
[9] Hima Farihah, Tafsir Surat Adz Dzariyaat Ayat 56 dalam http://himafarihah.blogspot.com/2013/07/tafsir-surat-adz-dzaariyat-ayat-56.html?m=1 ( diakses pada 4 Desember 2015 pukul 20:14 wib.)
[10] Buya H. Muhamamd Alfis Chaniago, Indeks Hadits hlm. 636
[11]Rizky Aftah, Ilmu Kalam (diakses pada 5 Desember 2015 pukul 20:34 WIB.)
[12]Buya H. Muhammad Alfis Chaniago, Indeks Hadits Dan Syarah Jilid 2 (Bekasi ; CV. Alfonso Pratama, 2012) hlm. 432
[13]Satria Budi Kusuma, Akhlaq Manifestasi Iman dalam http://www.dakwatuna.com/2013/03/25/29919/akhlak-manifestasi-iman/#axzz3tXlAarTx (diakses pada 6 Desember 2015 pukul 19:57 WIB.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar