Minggu, 10 Juni 2018

dakwah Rasulullah periode Mekkah dan Madinah

Dakwah Rasulullah Saw periode Mekah dilakukan dengan berbagai strategi demi mencapai suatu tujuan yang luhur, yaitu agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan hukum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad Saw dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi dakwah Rasulullah Saw dalam usahanya agar mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:

1. Dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 tahun
Cara ini ditempuh oleh Rasulullah Saw karena beliau begitu yakin bahwa masyarakat Arab Jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan luhur mereka.
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah Saw menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Diantaranya, Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah Saw), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah Saw yang tinggal serumah dengannya, waktu masuk Islam ia masih berusia 10 tahun), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah Saw), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah Saw), dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah Saw pada waktu kecil).
Sesuai dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban Rasulullah Saw, tetapi juga kewajibannya para pengikutnya (umat Islam), maka Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang saudagar kaya, yang dihormati dan disegani banyak orang, karena budi bahasanya yang halus, ilmu pengetahuannya yang luas, dan pandai bergaul telah meneladani Rasulullah Saw, yakni berdakwah secara sembunyi-sembunyi.

Usaha dakwah Abu Bakar Ash-Siddiq berhasil karena ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
 Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abdul Amar berarti hamba milik si Amar. Karena Islam melarang perbudakan, kemudian nama itu diganti oleh Rasulullah Saw menjadi Abdurrahman bin Auf, yang artinya hamba Allah Swt, Yang Maha Pengasih.
 Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris.
 Utsman bin Affan.
 Zubair bin Awam.
 Sa’ad bin Abu Waqqas.
 Thalhah bin Ubaidah.
Orang-orang yang masuk Islam pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi yang namanya telah disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).

2. Dakwah secara terang-terangan selama 10 tahun
 Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
     Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapaun ajaran Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
    Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
 Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
     Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
    Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
    Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi



 

Kamis, 07 Juni 2018

Al-Qur'an tentang peristiwa hari kiamat

Setelah peniupan sangkakala maka terjadilah peristiwa-peristiwa mengerikan yang benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya. Peristiwa-peristiwa tersebut telah disebutkan di dalam al-Qur’an dengan berulang dan sangat detail. Seorang muslim yang berupaya membaca al-Qur’an dan mentadabburi ayat-ayatnya pasti akan mendapatinya secara jelas dan gamblang.
Di dalam al-Qur’an, di samping menyebutkan berbagai peristiwa yang akan terjadi pada hari kiamat, Allah juga menyebutkan hari kiamat dengan nama-nama yang berbeda. Nama-nama tersebut bukanlah nama-nama yang kosong, tidak bermakna, akan tetapi setiap nama yang Allah sebutkan pastilah mengandung makna yang merupakan sifat dari hari kiamat itu sendiri. Dengan itu lengkaplah sudah gambaran mengenai hari kiamat yang terdapat di dalam al-Qur’an.

Tujuan dari penggambaran yang begitu mendetail tersebut tidak lain agar manusia tersadar dari kelalaiannya lalu membenahi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari kiamat tersebut.
Yaitu dengan berbekal ketaqwaan dan amal shalih, karena harta, kedudukan, dan jabatan seseorang pada hari itu tidak berguna lagi di sisi Allah.

Nama-nama hari kiamat
Sungguh banyak nama-nama hari kiamat yang disebutkan oleh Allah sebutkan di dalam al-Qur’an. Di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Yaumud Din (hari pembalasan): setiap amalan manusia yang dilakukan di dunia, pada hari itu akan dibalas dengan balasan yang seadil-adilnya.
  2. Al-Yaumul Akhir (hari yang terakhir): hari terakhir yang tidak ada lagi kehidupan dunia setelahnya.
  3. Yaumul Qiyamah (hari penegakan): yaitu hari dibangkitkannya manusia dari kuburnya untuk ditegakkan kepada mereka balasan bagi amal perbuatan mereka.
  4. As-Sa’ah (waktu): karena kedatangannya secara tiba-tiba pada waktu yang telah ditentukan.
  5. Yaumul Hasrah (hari penyesalan): yaitu orang-orang yang selama di dunia telah mempergunakan waktunya untuk berbuat kejelekan, mereka akan menyesal karena tidak memanfaatkannya untuk beramal shalih.
  6. Yaumul Mau’ud (hari yang telah dijanjikan)
  7. Yaumul Ba’ts (hari berbangkit): hari dibangkitkannya seluruh manusia dari kubur-kubur mereka.
  8. Yaumul Fashli (hari keputusan): akan diputuskan mengenai hak-hak Allah terhadap hamba-Nya berupa balasan yang dijanjikan dan hak-hak antar sesama manusia.
  9. Yaumut Talaq (hari pertemuan): karena pada hari itu penduduk bumi dan penduduk langit akan saling bertemu, demikian pula Allah akan bertemu dengan hamba-hamba-Nya, serta orang yang zhalim akan bertemu kembali dengan orang yang dizhalimi untuk ditegakkan keadilan di antara mereka.
  10. Yaumul Jam’i (hari berkumpul): hari dikumpulkannya manusia di padang mahsyar.
  11. Yaumul wa’id (hari terlaksananya ancaman): hari yang diancamkan kepada orang-orang kafir akan datangnya adzab yang pedih kepada mereka pada hari itu.
  12. Al-Waqi’ah (kejadian): yaitu kejadian yang pasti akan terjadi.
  13. Yaumut Taghabun (hari ditampakkannya kesalahan-kesalahan): hari di mana nampaklah hakikat bagi para penduduk neraka bahwa mereka telah berbuat salah dan tertipu dengan indahnya kehidupan dunia sedangkan penduduk surga merekalah yang mendapatkan keberuntungan pada hari tersebut.
  14. Al-Haqqah (yang nyata terjadi):hari di mana janji Allah bagi hamba-hamba-Nya yang shalih akan menjadi nyata, serta terwujudnya ancaman-Nya bagi orang-orang yang menyelisihi perintah-Nya.
  15. Al-Qari’ah (yang merisaukan): hari yang merisaukan, karena berbagai peristiwa yang mengerikan padanya.
  16. At-Thammatul kubra (malapetaka besar): dinamakan dengannya karena tidak pernah ada malapetaka yang lebih besar darinya.
  17. As-Shakhkhah (yang memekakkan): Ibnu Jarir mengatakan bahwa bisa jadi ini adalah sebutan bagi tiupan sangkakala.
  18. Al-Ghasyiyah (yang meliputi): yaitu hari yang meliputi umat manusia secara keseluruhan, dari manusia pertama sampai yang terakhir tidak akan luput darinya.
Itulah Di antara nama-nama hari kiamat yang ada di dalam al-Qur’an. Semoga dengan meresapi maknanya akan dikaruniakan kepada kita tambahan keimanan yang berbuah amal shalih sebagai bekal untuk hari tersebut.


Kejadian-kejadian hari kiamat
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُ رَأْيَ عَيْنٍ فَلْيَقْرَأْ (إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ) وَ (إِذَا  السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ) و (إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ)
“Barangsiapa yang ingin melihat hari kiamat seakan-akan melihatnya (langsung) dengan mata kepala (sendiri) hendaknya ia membaca surah (إِذَاالشَّمْسُكُوِّرَتْ)” yakni surah at Takwir “dan surah (إِذَاالسَّمَاءُانْفَطَرَتْ)” yakni surah al Infithar, “dan (إِذَاالسَّمَاءُانْشَقَّتْ)” yakni surah al Insyiqaq.(HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan al-Hakim dari shahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma)
Sungguh benar apa yang disabdakan beliau itu, mengingat kandungan surah-surah tersebut ternyata memang menyangkut rincian peristiwa yang terjadi pada hari kiamat. Pada surah-surah yang lain pun terdapat penyebutan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari kiamat. Secara keseluruhan semuanya akan memberikan gambaran utuh tentang betapa mengerikan keadaan pada hari itu. Tentunya hakikat sebenarnya dari peristiwa yang akan terjadi jauh lebih mengerikan dari yang kita bayangkan, wallahul musta’an (hanya kepada Allah kita memohon pertolongan).
Di antara rangkaian peristiwa yang terjadi pada hari kiamat yang disebutkan di dalam al-Qur’an adalah sebagai berikut:
  1. Matahari digulung
Allah subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya):
“Apabila matahari digulung.”(at-Takwir: 1)
Yakni dikumpulkan sebagiannya dengan bagian yang lain kemudian lenyap. Apabila hal tersebut terjadi maka sinar matahari pun menghilang.
  1. Langit terbelah, dan bintang-bintang berjatuhan
Sebagaimana dalam firman-Nya (yang artinya),
“Dan apabila bintang-bintang berjatuhan.” (at-Takwir: 2) serta firman-Nya, “Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan.”(al-Infithar: 1-2) juga firman-Nya (yang artinya), “Apabila langit terbelah.”(al-Insyiqaq: 1)
Langit yang selama ini kokoh, teratur, dan indah, menjadi pecah terbelah, kehilangan keteraturan dan keindahannya. Bintang-bintang jatuh berserakan dari garis edarnya. Cahayanya pun pudar dan lenyap.
  1. Gunung-gunung beterbangan dan bumi diratakan
Allah azza wajalla berfirman (yang artinya),
“Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan”(al-Qari’ah: 5) Allah juga berfirman:
“Dan apabila gunung-gunung digerakkan.” (at-Takwir: 3),
Yakni disingkirkan dari muka bumi, kemudian tidak tersisa setelahnya kecuali tanah datar, sebagaimana yang Allah firmankan dalam surah Thaha: 105-107 (yang artinya),
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah ‘Rabbku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikitpun kamu melihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi’.”
Gunung-gunung yang semula kokoh dan menjulang tinggi tersebut dihancurkan dan dijadikan seperti debu yang beterbangan dihembus angin kemudian hilang tak berbekas.
  1. Seluruh manusia dibangkitkan dari kuburnya
Allah subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya) “Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka. Mereka berkata, ‘Aduhai celakalah kami! siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?’ Inilah yang dijanjikan (Allah) yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(-Nya).”(Yasin: 51-52)
Demikian pula Allah subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya), “Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar.” (al-Infithar: 4)
Lalu seluruh manusia akan digiring ke hadapan Allah untuk mempertangungjawabkan setiap amalannya di dunia.
Tidak hanya manusia, hewan-hewan pun pada hari itu akan dibangkitkan dan dikumpulkan, Allah subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya), “Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.” (at-Takwir: 5)
Kemudian Allah akan menegakkan qishash (pembalasan) atas perbuatan aniaya yang dilakukan sebagiannya kepada yang lain. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
…حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ،مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ
“…sampai-sampai akan ditegakkan pembalasan bagi kambing yang tidak bertanduk kepada kambing bertanduk (yang menanduknya).” (HR. Muslim no. 2582)
Setelah itu hewan-hewan tersebut pun akan musnah, sedangkan manusia akan hidup kekal abadi selamanya.
  1. Harta-harta ditinggalkan, tidak dipedulikan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya), “Dan apabila unta-unta yang hamil ditinggalkan (tidak diperdulikan).” (surah: ayat)
Unta-unta hamil pada asalnya adalah harta yang dianggap berharga oleh manusia, namun pada hari kiamat akan ditinggalkan tanpa ada yang mengurus, tidak digembalakan, tidak pula diambil susunya. Ini disebabkan peristiwa yang mereka alami lebih mencengangkan dan menyita perhatian dari mengurusi harta mereka.
Demikian pula harta-harta yang terpendam di dalam bumi akan dikeluarkan. Allah subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya), “Dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong.”(al-Insyiqaq: 4)
Manusia yang melihat harta-harta tersebut bukan kemudian tertarik dan berlomba-lomba mengambilnya, justru mereka merasa menyesal mengapa mereka dahulu berlomba-lomba dalam mendapatkan harta, padahal pada hari kiamat harta itu tidaklah bermanfaat bagi mereka.
Demikianlah gambaran ringkas tentang hari kiamat. Sungguh masih banyak ayat-ayat al-Qur’an tentang hari kiamat yang belum berkesempatan diangkat di rubrik buletin kali ini. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita untuk selalu membaca al-Qur’an dan membaca penjelasan para ahli tafsir seperti imam Ibnu aktsir. Dengan harapan agar semakin kokoh keimanan kita kepada hari akhir dan semakin banyak bekal yang disiapkan untuk menghadapinya.



Wallahu a’lam bish shawwab.

Al-Qur'an tentang melestarikan Alam

Al Qur'an Surat Al Rum 41 – 42

 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ ۚ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ

 "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (41) Katakanlah (Muhammad), “ Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."

 Kandungan Ayat :

Suruhan Allah SWT kepada manusia agar melestarikan alam dan lingkungannya karena sudah diatur oleh Yang Mahakuasa. Penegasan Allah SWT bahwa berbagai kerusakan yang terjadi di darat dan di laut adalah akibat ulah atau perbuatan manusia, oleh karena itu hendaklah manusia menghentikannya mau kembali ke jalan yang benar yaitu dengan mengganti-kannya dengan perbuatan yang baik. Allah SWT menyuruh agar manusia mempelajari umat-umat terdahulu (sejarah), banyaklah bencana yang menimpa kepada umat-umat terdahulu disebabkan mereka tidak menghiraukan seruan Allah, bahkan kebanyakan mereka ingkar dan musyrik kepada-Nya.

Penjelasan Ayat :

Qur’an Surat Al Ruum adalah surat yang ke 30 terdiri atas 60 ayat, termasuk golongan surat-surat Makiyyah.  Dinamakan Ar Ruum karena pada permulaan surat ini yaitu ayat 2, 3, dan 4 terdapat pemberitaan bangsa Rumawi yang pada mulanya dikalahkan oleh bangsa Persia, tetapi setelah beberapa tahun kemudian kerajaan Ruum dapat menuntut balas dan mengalahkan kerajaan Persia kembali.
Allah SWT menciptakan alam semesta dan segala isinya adalah untuk dimanfaatkan oleh manusia demi kesejahteraan hidup dan kemakmurannya. manusia diangkat menjadi khalifah di bumi yang diamanati agar menjaga kelestarian alam jangan sampai rusak. Manusia diperbolehkan menggali, memanfaatannya sebagai sarana bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan kepadanya. Tetapi kebanyakan manusia itu memiliki sifat serakah, rakus, dan tamak yang menjadikan kerusakan di muka bumi sehingga banyak sekali daerah-daerah yang terkena bencana atas perbuatannya sendiri.

Wallahu 'A'lam...

Qur’an Surat Al Ruum adalah surat yang ke 30 terdiri atas 60 ayat, termasuk golongan surat-surat Makiyyah. Dinamakan Ar Ruum karena pada permulaan surat ini yaitu ayat 2, 3, dan 4 terdapat pemberitaan bangsa Rumawi yang pada mulanya dikalahkan oleh bangsa Persia, tetapi setelah beberapa tahun kemudian kerajaan Ruum dapat menuntut balas dan mengalahkan kerajaan Persia kembali.

Disalin dari : http://www.bacaanmadani.com/2017/01/ayat-ayat-al-quran-tentang-menjaga.html
Terima kasih sudah berkunjung.

Rabu, 06 Juni 2018

Al-Qur'an tentang khalifah di muka bumi

tugas manusia sebagai khalifah di bumi
Surat Al-Baqarah/2 : 30-33 yang memiliki arti: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata : “Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku me-ngetahui apa yang tidak Engkau ketahui.” Dia mengajar kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian memaparkannya kepada para malaikat, lalu berfirman : “Sebutkanlah kepadaKu nama-nama benda itu, jika kamu ‘orang-orang’ yang benar.” Mereka berkata : “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Allah berfirman : “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini !” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman : “Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan kamu sembunyikan?" Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan ketetapanNya untuk menciptakan manusia dan menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi. Allah SWT berfirman : “Inni ja’ilun fi al-ardh khalifah.” (“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi).” Ketika hal itu disampaikan kepada para malaikat, para malaikat itu bertanya kepada Tuhan : “Apakah Engkau akan menjadikan di muka bumi orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah? Sedangkan kami, para malaikat, adalah makhluk yang senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan memahasucikan Engkau? Para malaikat itu bertanya mengapa Allah menjadikan manusia sebagai khalifah, karena mereka mengira bahwa manusia yang diciptakan Allah sebagai khalifah itu akan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah. Dugaan itu mungkin berdasarkan pengalaman mereka sebelum terciptanya manusia di mana ada makhluk yang berlaku demikian atau bisa juga berdasar asumsi bahwa karena yang akan ditugaskan menjadi khalifah bukan malaikat maka pasti makhluk itu berbeda dengan mereka yang selalu bertasbih dan menyucikan Allah (Tafsir Al-Misbah, I, hal. 139). Maka Allah berfirman menjawab pertanyaan malaikat itu dengan firmanNya : “Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Artinya, di balik ketetapan Allah menciptakan manusia sebagai khalifah itu ada hikmah yang tersembunyi. Allah mengetahui hikmah itu sedangkan para malaikat tidak mengetahuinya. Ayat selanjutnya menjelaskan bahwa Allah mengajarkan “nama-nama” kepada Adam. Allah berfirman : Wa ‘allama Adam al-asma’a kullaha. (Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya). Yang dimaksud dengan nama-nama bukanlah nama-nama dalam pengertian harfiah dari kalimat itu, tetapi yang dimaksud dengan “nama-nama” itu ialah pengetahuan tentang benda-benda, yakni karakteristiknya, sifatnya, fungsinya dan kegunaan dari benda-benda yang ada di muka bumi, di mana tugas kekhalifahan dibebankan kepada manusia. Dengan kata lain Allah memberikan kepada Adam anugerah yang agung, yaitu anugerah pengetahuan, yang tidak dimiliki oleh malaikat. Dengan berbekal ilmu pengetahuan itu manusia mengemban tugas kekhalifahan di muka bumi. dari penjelasan di atas, dapat kita ambil ibrah (hikmah) yang dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi diri kita sendiri bahwa sebenarnya kita hidup di dunia ini hanyalah sementara dan untuk beribadah kepada-Nya baik itu dari golonga jin dan manusia. kita jaga bumi yang hijau ini dengan cara menanamkan budaya lingkungan bersih, penanaman 1000 pohon, pelestarian alam, dsb. untuk membuktikab bahwa manusia itu bukanlah makhluk yang selalu membuat kerusakan di muka bumi ini.